Translate

Kamis, 13 September 2012

BROSUR LIMBAH TERNAK

PENDAHULUAN
Limbah peternakan merupakan produk dari usaha peternakan, yang keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Limbah peternakan terdiri dari banyak jenis sesuai ternak yang menghasilkannya. Usaha budidaya ternak menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces, urine), sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Limbah kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup masyarakat di sekitar peternakan, seperti bau tak sedap sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual, muntah, sakit kepala, dan batuk-batuk. Oleh sebab itu limbah kotoran ternak perlu mendapat penanganan semestinya.

Ada beberapa teknologi penanganan limbah kotoran ternak seperti : Pembuatan Pupuk Organik Padat

Kotoran Sapi
Bahan yang dipakai : Kotoran sapi yang sudah kering dengan kadar air 15-85%, sampah organik berupa sisa-sisa pakan sapi 10%, air, larutan Bacillus, dolomit/kapur gamping dan gula pasir.
Alat-alat yang digunakan : Sekop untuk mencampur atau membalikkan kotoran sapi, ember untuk membuat larutan Bacillus, penutup (platik, karung goni, alang-alang, dan sejenisnya).

Cara pembuatan :
1. Siapkan tempat yang terhindar dari matahari langsung.
2. Buat larutan Bacillus dengan perbandingan 2 liter air ditambah 5 sendok makan Bacillus.
3. Cara kerja : - aduk kotoran sapi supaya tidak mengumpul atau jika ada sisa-sisa pakan agar tercampur - tiriskan atau semprot larutan Bacillus sambil diaduk sedikit demi sedikit sampai betul-betul rata - pemberian larutan Bacillus dihentikan bila adonan di atas sudah cukup baik/merata, dengan ciri tidak adanya lelehan air jika adonan dikepal dengan tangan - tutup rapat dengan alat penutup, agar tidak kena sinar matahari langsung - setelah 3 hari adonan dibongkar dan diaduk-aduk sambil ditambahkan lagi larutan Bacillus sampai mencukupi (sama seperti di atas).

Hal yang sama dilakukan sampai umur 2 minggu - setelah tenggang waktu 2 minggu ditutup kembali dan ditunggu sampai umur 3 minggu - umur 3 minggu siap dibongkar kembali sambil diaduk-aduk dengan maksud diangin-anginkan sambil diberi kapur secara merata untuk selanjutnya pupuk siap digunakan.

Pestisida Organik
Dari Urine Sapi Bahan yang dipakai : Bahan utama urine sapi 60 liter, air tanah 40 liter, jahe 1 kg, kunyit 1 kg, kencur 1 kg, laos 2 kg, temulawak 2 kg, temuireng 2 kg, jengkol 2 kg, terasi ½ kg, daun lamtoro ½ kg, air gula merah 2 liter dan EM Tani 1 liter.
Alat-alat yang digunakan : Drum plastik, pengaduk dari kayu, timbangan, literan, gayung, ember, jerigen, saringan, botol, lumpang dan alu.
Cara pembuatan :
- pada langkah awal jahe, kunyit, kencur, laos, temulawak, temuireng, jengkol, dan daun lamtoro ditumbuk sampai halus. Semua bahan yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam drum plastik. Selanjutnya masukkan juga urine sapi, lalu aduk-aduk.
- berikutnya terasi dihaluskan, kemudian campurkan dengan air gula dan EM Tani. Setelah didiamkan selama 2 jam, masukkan ke dalam drum. Tambahkan air dan aduk semua bahan sampai tercampur rata (homogen). Lalu drum ditutup rapat. - pada minggu pertama lakukan pengadukan sebanyak 2 kali. Jangan lupa, setelah diaduk drum ditutup lagi.
Setelah 3 minggu cairan bio pestisida disaring lalu dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup. Ampasnya bisa dijadikan untuk bahan kompos. Simpan jerigen di tempat yang sejuk dan tidak kena sinar matahari. Bio pestisida bisa digunakan apabila pembentukan gas telah terhenti.

Membuat Pupuk Cair Bio Urine Kambing

Bahan yang dipakai : 1 (satu) drum plastik urine dengan kapasitas 150 liter, tetes tebu/molasses 750 ml, empon-empon (temulawak, temuireng, kunyit dll) 5 kg, Bacteri R Bacillus dan Azobacter sebagai stater fermenter 250 ml dapat juga diganti dengan EM4 sebagai starter fermenter.

Cara pembuatan : - bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine, empon-empon dihancurkan dan dimasukkan ke dalam drum. Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahan tersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari.
- setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa digunakan pada aquarium dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2 m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk bio urine tersebut.
Untuk aplikasi pupuk cair ini bisa digunakan dengan cara disiram dan atau disemprotkan, kondisi tanah sebelum tanam diolah terlebih dahulu dengan menggunakan kotoran kambing.

Pembuatan Kascing (Bekas Cacing)
Bahan yang digunakan : Kotoran ternak dan sampah organik
Cara pembuatan : - sampah organik diperkecil ukurannya menjadi 3-5 cm - kotoran ternak dicampur dengan sampah tersebut dengan perbandingan 1 : 1 (volume).
Campuran ini dibiarkan selama 24 jam, dan siap menjadi media tempat hidup cacing tanah. - setelah 24 jam, cacing tanah dapat ditebarkan di atas media. Cacing tanah yang ditebarkan sebanyak setengah kali berat media. - dalam waktu sekitar 5 hari kascing sudah mulai terbentuk dan dalam seminggu kascing sudah dapat di panen. Kascing yang baik mempunyai ciri-ciri berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah dan berbentuk butiran-butiran halus. Kascing mengandung unsur hara dan hormon perangsang tumbuh auksin.

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160  AMLAPURA 80811

BROSUR BIOGAS


PENDAHULUAN

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia baik itu untuk keperluan industri, transportasi dan rumah tangga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menyebabkan ketersediaan bahan bakar menjadi terbatas, atau harga menjadi melambung. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak di lihat dari segi teknis, ekonomis, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain sebagainya.
Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah biogas.

Potensi Biogas
Potensi pengembangan biogas di Kabupaten Karangasem mempunyai prospek yang sangat besar dikarenakan populasi ternak khususnya ternak sapi Bali populasinya paling banyak di Propinsi Bali. Bila dikaitkan dengan efektifitas dan pola pemeliharaan maka ternak yang dipelihara secara kelompok dan dikandangkan akan menjadi paling efektif dapat dikelola sebagai penghasil biogas dan pupuk organik.

Sasaran
Sasaran penerapan pengembangan biogas :
- peternak yang berkelompok dalam satu kawasan
- peternak yang sudah mempunyai kandang kelompok
- peternak yang individual yang mempunyai populasi ternak lebih dari 5 ekor (untuk ternak ruminansia)

Proses Produksi Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

Spesifikasi Teknis :
1. volume reaktor (plastik) : 4.000 liter
2. volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter
3. kompor Biogas : 1 buah
4. drum pengaduk bahan : 1 buah
5. pengaman gas : 1 buah
6. selang saluran gas : ± 10 m
7. kebutuhan bahan baku : kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/kerbau
8. biogas yang dihasilkan 4 m per hari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah)

Persiapan
Pemasangan Reaktor Biogas
1. Pembuatan lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m
2. Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diamter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar = 1,2 m
3. Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya (100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan)
4. Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1 : 1) ; 1 buah (200 liter)
5. Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas
6. Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya
7. Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material yang jatuh dari atas.

Proses Pembuatan Biogas
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1 : 1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan ke dalam digester
2. Mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada di atas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada di dalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh
3. Melakukan penambahan stater (banyak dijual dipasaran). Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, degister terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinyu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui

Mekanisme Penggunaan Alat
Cara menggunakan kompor biogas - buka kran gas yang mengalir ke kompor dengan perlahan - nyalakan api dengan korek api sampai menyala normal - aturlah nyala api sesuai dengan kebutuhan - matikan kran gas jika sudah selesai masak - pastikan kran gas sudah tertutup dan aman

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160 AMLAPURA 80811

BETERNAK ITIK


PENDAHULUAN

Itik merupakan salah satu ternak unggulan utama setelah sapi potong, yang dikembangkan di Indonesia sebagai sumber protein bagi masyarakat. Berdasarkan nilai gizi yang dikandung, daging itik merupakan salah satu komponen pendukung upaya swasembada daging di Bali. Namun demikian peranan itik sebagai sumber protein merupakan prioritas kedua dibandingkan sebagai sarana upacara keagamaan di Bali. Hampir satu juta ekor itik hidup dibutuhkan oleh masyarakat setiap 6 bulan untuk mendukung aktivitas keagamaan yang rutin di Bali. Namun jumlah populasi itik yang tersedia per tahun tercatat sekitar 500-900 ribu ekor. Jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan rutin yang ada, sehingga pemenuhan kebutuhan itik tersebut, masih didatangkan dari luar Bali. Untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan tersebut diperlukan pemeliharaan secara intensif.

Perkandangan
Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu :
1. kandang untuk anak itik (DOD) ada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD
2. kandang brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
3. kandang layer (untuk itik masa bertelur) modelnya berupa kandang baterei (1 atau 2 ekor dalam 1 kotak) dan bisa juga kandang lokasi (kelompok) dengan ukuran kandang 3 x 2 m untuk 30 ekor itik dewasa Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat pakan, tempat minum dan mungkin perlengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam manajemen

Pembibitan
1. Pemilihan bibit dan calon induk Pemilihan bibit ada 3 (tiga) cara : - membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya - memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakkannya pada mentok, ayam atau mesin tetas - membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya. Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap
2. Perawatan bibit dan calon induk - Perawatan bibit Bibit yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut : bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik sebesar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minumannya perlu ditambah vitamin/mineral - Perawatan calon induk Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5-6 ekor betina

Reproduksi dan Perkawinan
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami)

Pemeliharaan
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit
2. Pengontrol Penyakit Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.
3. Pemberian Pakan Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase stater (umur 0-8 minggu).
Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.

Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu :
- umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)
- umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran di lantai
- umur 21 hari sampai 18 minggu disebar dilantai
- umur 18 minggu – 72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus). Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan, biaya, baik tempat ransom sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen.
Pemberian minum itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu : - umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama air minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam - umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum (secara terus menerus) - umur 28 hari – afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200 – 300 ekor. Tiap hari dibersihkan

4. Pemeliharaan Kandang
Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada

Hama dan Penyakit
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah :
1. Penyakit Duck Cholera
Penyebab : bakteri Pasteurela avicida
Gejala : mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan
Pengendalian : Sanitasi kandang, pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab : bakteri typhimurium
Gejala : pernafasan sesak, mencret
Pengendalian : Sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat
Manfaat
1. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri
2. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging dan juga pembibitan ternak itik
3. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija
4. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pension
5. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160 AMLAPURA 80811

BETERNAK SAPI BALI


PENDAHULUAN

Ternak besar, terutama sapi, mempunyai peran yang sangat besar dalam penyediaan daging. Daging sapi pada umumnya dihasilkan dari sapi potong, seperti sapi Bali, sapi Madura, dan sapi peranakan ongole. Selain jenis sapi tersebut, beberapa perusahaan penggemukan menggunakan bibit sapi impor dari Australia. Namun, krisis yang melanda negara kita, menghadapkan kegiatan penggemukan sapi impor menjadi usaha yang sangat berat. Kondisi yang semacam ini menjadi peluang bagi kita untuk mengisi kekurangan suplai daging dengan memberdayakan potensi yang kita punya. Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang diketahui mempunyai keunggulan-keunggulan dan disukai oleh petani peternak, sehingga pengembangannya telah merata hampir di seluruh pelosok nusantara.

Perkandangan
1. Tata Letak Kandang
- bangunan kandang sebaiknya dibuat dengan jarak 6-10 m dari rumah
- ventilasi udara dapat mengalir dengan lancar
- kandang sebaiknya menghadap ke timur agar sinar matahari pagi dapat menyinari kandang dan bagian dalamnya

2. Ukuran dan Bentuk Kandang
- ruangan kandang adalah 1,8 x 2 m2/ekor

3. Lantai dan Atap Kandang
- lantai kandang diusahakan dibuat dari bahan padat seperti semen
- lantai kandang dibuat miring agar tetap kering dan dibagian paling rendah dibuat parit untuk menyalurkan air seni ke bak penampung
- atap kandang dapat menggunakan genteng, seng, dan secara sederhana dapat memanfaatkan daun rumbia atau alang-alang

4. Perlengkapan Kandang
- perlengkapan kandang seperti tempat pakan untuk hijauan maupun konsentrat
- tempat pakan dan minum diusahakan agar tidak mudah kena kotoran sapi, sehingga diletakkan di bagian depan (kepala) untuk sapi yang diikat atau diletakkan di sisi luar pembatas kandang

5. Pemeliharaan Kandang
- kandang sapi harus dibersihkan setiap hari, dan kotoran sapi ditampung di tempat penampungan kotoran sehingga tidak mengganggu aliran air seni ke penampungan air seni. Penampungan kotoran sapi harus dibuatkan atap sederhana agar terhindar dari air hujan

Pemilihan Bibit
Memilih sapi untuk calon bibit/bibit :
1. pilihlah sapi dara yang penampilannya mencerminkan sapi yang sehat, matanya jernih, selaputnya tidak kotor atau merah, bulu badannya halus serta mengkilat
2. kondisi tubuhnya padat berisi, tapi tidak gemuk
3. bagian leher dan bahunya lebar
4. bagian dada lebar, dalam dan menonjol ke depan

Memilih sapi jantan untuk digemukkan
1. pilihlah sapi jantan yang berat lahirnya tinggi dan memiliki pertumbuhan yang cepat
2. berkaki pendek dengan kondisi tubuh yang baik dan berbentuk segi empat
3. bagian bahu dan bagian lehernya lebar
4. bagian dada lebar, dalam dan menonjol ke depan

Ukuran menurut jenis kelamin
Muda Dewasa Jantan panjang badan 127 cm 134 cm tinggi gumba 112 cm 126 cm lingkar dada 185 cm 193 cm umur 2-3,5 tahun Maks. 8 tahun
Betina panjang badan 116 cm 120 cm tinggi gumba 105 cm 115 cm lingkar dada 162 cm 115 cm umur 2,35 tahun Maks. 8 tahun

Pakan dan Pemberian Pakan
Secara umum, pakan ternak dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pakan serat : hijauan pakan ternak (jenis rumput seperti rumput gajah, rumput benggala, setaria, rumput raja, kacang-kacangan, dan jenis tanaman legum seperti lamtoro, gamal, kaliandra, desmodium, serta centro) dan jerami (jerami padi, jerami jagung kualitasnya lebih rendah dari rumput kecuali jerami kacang-kacangan)

2. Pakan penguat atau konsentrat
Pakan penguat diberikan ternak untuk melengkapi kebutuhan gizi apabila kurang. Jenis pakan penguat misalnya : dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kedelai, bungkil biji kapok, tetes tebu, ampas tahu, dan bahan lainnya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pakan ternak adalah :
1. banyaknya hijauan yang diberikan dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan, kira-kira 10% rumput segar dari berat badannya. Misalnya berat sapi 150 kg, rumput yang disediakan tidak kurang dari 15 kg rumput per hari
2. usahakan diberikan campuran hijauan leguminosa (kacang-kacangan) untuk menambah protein pakan. Jumlahnya kira-kira 1% dari berat badan, misal berat sapi 150 kg maka perlu tambahan leguminosa 1,5 kg 3. usahakan hijauan pakan yang diberikan pada ternak dilayukan terlebih dahulu
4. apabila pakan penguat dipandang perlu untuk diberikan, sediakan sebanyak 1% dari berat badan, seperti halnya hijauan leguminosa

Perkawinan dan Kelahiran
Sapi Bali Perkawinan
1. Fertilitasnya lebih banyak dipengaruhi oleh panjangnya masa birahi
2. Kemampuan sapi Bali menghasilkan anak dalam setahun berkisar 80-86%
3. Sapi betina dikawinkan pertama kali pada umur 2-2,5 tahun
4. Jarak melahirkan anak sapi berkisar 12-14 bulan, tergantung dengan cara pengelolaannya
5. Perkawinan sapi Bali biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami (sapi jantan pemacek) dan inseminasi buatan. Perkawinan inseminasi buatan lebih menjanjikan karena menggunakan sperma dari sapi pejantan unggul
6. Tanda-tanda sapi birahi :
- sapi gelisah dan tidak tenang
- sapi sering menguak/melenguh
- sapi mencoba menaiki ternak dan akan tetap diam kalau dinaiki sapi lainnya
- pangkal ekor sering terangkat dan kadang-kadang keluar cairan jernih dari kemaluannya
- sapi dara sering ditunjukkan dengan membengkaknya bagian vulva dan kadang berwarna kemerahan - adakalanya sapi menjadi pendiam dengan nafsu makan yang kurang

7. Kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan dilakukan. Kalau tidak ditunjukkan tanda-tanda birahi, berarti kebuntingan telah terjadi, namun apabila birahi muncul lagi, berarti perkawinan perlu diulang. Lama bunting sapi Bali berkisar 280-285 hari. Setelah anak sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi setelah 3 bulan melahirkan

Kelahiran
Beberapa hari menjelang kelahiran, tanda-tanda :
1. ambing membesar dan kencang
2. urat daging disekitar vulva mengendor, dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok
3. beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah
Apabila tanda-tanda tersebut muncul, kandang harus dibersihkan dari kotoran dan diberi alas dengan jerami kering.
Pertolongan yang dilakukan adalah menarik kaki anak sapi sesuai irama bersamaan dengan pengerahan tenaga yang dilakukan oleh induk. Setelah melahirkan, induk sapi biasanya menjilati lendir yang menempel pada anaknya, namun apabila induknya lemah, maka kita perlu menolong membersihkannya, terutama yang mengganggu lubang pernafasan.
Supaya kelahiran lancar, induk diberi kesempatan bergerak kira-kira 2-3 minggu menjelang melahirkan.

Pencegahan Penyakit
1. Menjaga kebersihan kandang dan badan sapi
2. Mengikuti program vaksinasi

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160
AM LAPURA 80811

BETERNAK BABI


PENDAHULUAN

Babi mempunyai peranan penting bagi masyarakat baik sebagai sumber penghasil protein hewani, maupun sebagai sumber pendapatan, lapangan kerja, sumber pupuk. Babi akan dapat berproduksi tinggi apabila dipelihara dengan baik. Di samping itu ternak babi tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu karena babi merupakan salah satu sarana yang tidak bisa terlepas dalam kegiatan upacara baik keagamaan maupun adat. Oleh karena itu pengembangan ternak babi sudah biasa dipelihara oleh masyarakat di Bali sejak dulu, namun sistem pemeliharaannya yang perlu dibenahi ke sistem yang intensif dan lebih produktif.
Pemilihan Bibit

a) Syarat-syarat babi bibit :
- sehat, lincah, aktif bergerak
- tidak cacat, moncong cukup panjang, dan bulu halus
- tubuh harmonis, badan cukup panjang
- betina pilih yang memiliki putting susu 12-14 buah dengan jarak yang sama
- keturunan dari induk banyak anak - bila jantan pilih yang memiliki buah pelir sama besar

b) Syarat-syarat babi potong :
- tampak sehat, lincah dan aktif
- tidak cacat dengan bulu halus dan mengkilat - badannya cukup panjang
- nafsu makan baik

Perkandangan Syarat-syarat kandang :
- cukup mendapat sinar matahari pagi, mempunyai ventilasi udara yang baik
- mempunyai sistem pembuangan kotoran yang lancar, untuk itu lantai kandang harus dibuat miring rata-rata air
- lantai sebaiknya dibuat dari semen/beton agar mudah membersihkan
- atap kandang bisa dibuat dari asbes, genteng, alang-alang atau seng, kalau menggunakan seng, cucurannya tinggi ± 2 ¼ m dari tanah
- tempat pakan dan minum disesuaikan dengan besarnya babi - luas kandang disesuaikan dengan keadaan dan model kandang
- tinggi tembok kandang jangan terlalu tinggi, ini akan berpengaruh terhadap sirkulasi, kelembaban dan suhu dalam kandang - kandang induk/beranak dengan ukuran 2,5 x 2 m per ekor
- kandang jantan 3 x 2 m - kandang penggemukan 3 x 3 m per 10 ekor

Pakan
Pakan merupakan pengeluaran yang paling tinggi ± 60 – 70% dari biaya produksi.
Makanan yang dapat diberikan :
• makanan jadi/produksi pabrik
• makanan mencampur sendiri :
- konsentrat : 10%
- dedak : 60%
- polar : 20%
- hijauan : 10%
- mineral : 1%

Pemeliharaan
1. Babi Betina Induk
a. Ciri-ciri induk birahi
- babi nampak gelisah, berteriak-teriak, menaiki temannya
- kalau punggungnya dipegang akan diam
- alat kelamin bengkak
- nafsu makan berkurang
b. Cara mengawinkan
- babi betina digiring ke kandang pejantan
- biarkan betina bersama pejantan sampai beberapa saat sampai mereka mau kawin, kalau tidak memiliki pejantan maka bisa menyewa dan dibawa ke kandang betina, atau dengan kawin suntik/inseminasi buatan (IB)
c. Ciri-ciri induk yang akan melahirkan
- puting susu bengkak dan kalau dipijat keluar air susu
- alat kelamin membengkak - mengumpulkan sarang dan gelisah
- nafsu makan berkurang

Kalau babi sudah menunjukkan gejala-gejala tersebut supaya membersihkan kandang melahirkan dan tempat anak dengan menyemprotkan desinfektan, setelah kering diisi dengan jerami kering, dan disiapkan lampu pemanas

2. Babi Jantan
- babi calon pejantan dapat dipakai memacek pada umur 8 bulan, kalau pertumbuhannya bagus pada taraf awal sebaiknya dipakai 1 – 2 kali seminggu
- anak babi pejantan yang tidak dipakai calon pejantan dikebiri umur 3 minggu, kalau pertumbuhan lambat bisa umur 4 minggu
- kalau mengebiri jangan pada waktu siang hari untuk menghindari terjadi perdarahan yang banyak
- babi Landrace sering terjadi usus masuk ke scrotum, kalau dikebiri usus bisa keluar, ini perlu dijarit dengan alat khusus, tanpa diadakan penjaritan babi bisa mati karena usus akan terurai keluar

Kesehatan
Upaya pencegahan penyakit antara lain :
- vaksinasi SE setiap 6 bulan secara teratur
- vaksinasi GB babi - kandang selalu dibersihkan setiap har 2 x sehari
- setiap 7 hari sekali diadakan desinfektan
- khusus kandang induk yang sedang beranak, kalau menyiram kandang sebaiknya pada waktu cukup sinar (siang hari) supaya cepat kering dan pada waktu musim hujan sebaiknya kotoran di sekop saja kemudian di sapu supaya lantai kandang selalu dalam keadaan kering dan hangat
- perhatikan kotorannya apakah ada mencret atau kotoran yang keras

Pengenalan penyakit yaitu dengan mengetahui ciri-cirinya :
- nafsu makan berkurang
- bulu kering, kusam, suhu tubuh tinggi
- serta ciri-ciri lain sesuai dengan jenis penyakitnya Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang babi adalah : - penyakit SE
- mencret / diare dan lain-lain

Untuk mengetahui ternak lebih dini terserang penyakit :
- amati ternak pada waktu memberi makan atau malam hari apakah ternak ada suara ngorok/tidak
- perhatikan kotorannya apakah ada mencret atau kotoran yang keras
- dalam memberikan pakan sebaiknya pemberian ditakar, kemudian amati tempat pakan ada sisa/tidak, kalau habis berarti normal, kalau ada sisa kemungkinan di antara babi kita ada yang sakit atau pakan tersebut sudah tidak baik (basi atau jamuran atau tercampur benda lain)

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160
AMLAPURA 80811

BETERNAK KAMBING


PENDAHULUAN

Kambing merupakan jenis ternak ruminansia yang sudah sejak lama dibudidayakan. Memelihara ternak ini relatif tidak sulit, karena selain jinak makanannya juga cukup beragam. Berbagai jenis hijauan mau dimakannya bahkan di beberapa daerah, kambing memakan berbagai macam limbah rumah tangga bahkan mau memakan kertas koran.

Beberapa jenis kambing di Indonesia tersebar di daerah yang tergolong kering dan berbukit atau daerah pegunungan karena hewan ini menyukai daerah seperti itu, kambing adalah hewan takut pada air. Sementara ini kambing digolongkan dalam 2 tipe yaitu :
a. Kambing potong (penghasil daging)
b. Kambing dwi guna (penghasil daging dan susu)

Berdasarkan tujuan pemeliharaan :
a. Untuk pembibitan
b. Untuk penggemukan Pembibitan
Jenis kambing dan domba yang ada di Indonesia dan luar negeri antara lain :
- jenis kambing : kambing kacang (local), Jawa randu (PE), kambing gembrong, kambing Saanen
- jenis domba : domba Garut, domba ekor gemuk, dan domba ekor tipis

Tanda-tanda betina calon bibit :
- sehat - kaki lurus dan kuat
- tidak cacat
- alat kelamin normal
- mempunyai sifat keindukan berasal dari keturunan kembar
- alat reproduksi normal

Tanda-tanda bibit jantan :
- sehat
- tidak cacat
- kaki lurus, kuat, dan tumit tinggi
- aktif dan libido tinggi
- alat kelamin normal dan simetris
- serta berasal dari keturunan kembar

Pemberian Pakan
Syarat pakan : Mengandung gizi (berasal dari berbagai jenis bahan) disukai ternak, mudah dicerna, tidak beracun, dan jumlahnya cukup.
Beberapa jenis pakan untuk kambing/domba :
- rumput-rumputan : setaria, rumput benggala, rumput gajah, rumput lapang.
- kacang-kacangan : siratro, kalopo, sentrosoma, lamtoro, gamal, dan lain-lain
- limbah pertanian : jerami padi, pucuk tebu, dan lain-lain
- konsentrat : dedak, bungkil-bungkilan, ampas tahu, umbi-umbian, dan lain-lain

Bahan makanan yang dibutuhkan kambing/domba + 10% dari berat badannya untuk pakan hijauan sebaiknya diberikan 20% dari berat badan karena memperhitungkan makanan yang terbuang.
Komposisi pakan untuk dewasa 75% rumput, 25% daun-daunan termasuk kacang-kacangan, untuk kambing bunting 60% rumput, 40% daun-daunan termasuk kacang-kacangan.
Untuk kambing menyusui 50% rumput, 50% daun.
Untuk anak lepas sapih 60% rumput, dan 40% daun-daunan.

Perkandangan
a. Syarat kandang :
- terpisah dari rumah lebih dari 5 m,
- lokasi kandang tidak lembab,
- bahan kandang kuat dan mudah di dapat/murah,
- sirkulasi udara baik b. Ukuran kandang :
- anak : 1 x 1,2 m/2 ekor (lepas sapih)
- jantan dewasa : 1,2 x 1,2 m/ekor
- dara/betina dewasa : 1 x 1,2 m/ekor
- induk dan anak : 1,5 x 1,5 m/induk + 2 anak c.

Bentuk kandang :
- kandang panggung/kolong
- kandang tidak berkolong

Tatalaksana Pemeliharaan
1. Dengan pengelolaan yang baik kambing/domba dapat melahirkan 7 bulan sekali
2. Perkawinan kembali setelah melahirkan 1 bulan kemudian
3. Penyapihan anak dilaksanakan pada 3 – 4 bulan
4. Umur dewasa kelamin 8 – 10 bulan
5. Siklus birahi 17 – 21 hari
6. Lama birahi 24 – 40 jam, bila birahi pagi maka sore atau esok harinya harus dikawinkan
7. Masa kebuntingan + 5 bulan

Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
a. Kurap/kudis (scabies) Penyebab : parasit kulit (termasuk kutu)
Tanda-tanda : gelisah karena gatal, bulu rontok kulit merah dan menebal. Tempat yang sering diserang muka, telinga, pangkal ekor, leher, dan lain-lain
Pencegahan : kebersihan dan pemisahan ternak sakit
b. Kembung perut (bloat/thympani) Penyebab : gas yang timbul oleh makanan (rumput muda)
Tanda-tanda : perut sebelah kiri membesar, napas pendek dan cepat, tidak mau makan
Pencegahan : jangan diberi rumput muda, berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut kambing

Panen, Pengolahan dan Pemasaran
- Ternak kambing dan domba dipanen dalam bentuk ternak hidup yang sehat, dapat pula daging dan kulitnya - Dapat dipasar hewan (perorangan) dapat pula dalam bentuk daging/olahan. Kambing dan domba dapat dijual pada saat harga baik misalnya hari raya kurban

DINAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Ngurah Rai No. 61 Telp. (0366) 21160
AMLAPURA  80811

Rabu, 12 September 2012

BETERNAK AYAM BURAS

PENDAHULUAN
Ayam buras atau ayam kampung merupakan ternak unggas yang paling banyak dipelihara dipedesaan. Keberadaan ayam buras sebagai penghasil telur dan daging serta pendapatan keluarga, memiliki fungsi strategi dalam pemenuhan pangan dan gizi masyarakat petani. Memelihara ayam buras sebenarnya tidak terlalu sulit, sebab tidak memerlukan teknologi rumit. Untuk mengembangbiakan ayam buras hanya membutuhkan ketekunan dan kesungguhan dalam memelihara yaitu dengan penerapan Pasca usaha Peternakan yaitu pakan, pengendalian penyakit dan tatalaksana serta pengolahan / perkembangbiakan. Ayam buras memiliki peluang tinggi, sangat mudah dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ayam harus dikelola dengan prinsip usaha tani yang baik dan memberikan keuntungan yang sangat memadai bagi petani ternak.

A. Pemilihan Bibit Ayam Buras
1. Pemilihan anak ayam (DOC) calon bibit - tidak cacat kaki, paruh normal, mata jernih, terang dan bulat - pergerakan lincah dan sehat, kaki kuat serta berdiri tegak - bulu halus dan mengkilat
2. Tanda betina yang baik - kepala halus, mata jernih, terang, paruh pendek dan kuat - jengger dan pial halus serta tidak keriput - badan cukup besar dan perut luas - jarak tulang dada dengan tulang belakang ± 4 jari orang dewasa
3. Tanda pejantan yang baik - badan kuat dan agak panjang - sayap kuat dengan buluh-buluh teratur rapi - paruh bersih, mata jernih - kaki dan kuku bersih, sisik-sisiknya teratur - terdapat taji dengan bentuk runcing/bulat seperti agung

B. Perkandangan
Persyaratan kandang :
- lokasi lebih tinggi dari tanah sekitarnya
- terpisah dari rumah dengan jarak minimal 15 m
- lantai kandang dibuat lebih tinggi minimal 50 cm dari sekitarnya
- lingkungan kandang selalu kering dan bersih serta jauh dari tempat pembuangan limbah
- kandang dibuat dari bahan mudah dibersihkan dan berasal dari lokasi setempat
- pertukaran udara baik dari sinar matahari cukup
- kandang dilengkapi dengan peralatan seperti bertengger

C. Bentuk/jenis kandang :
a. Kandang battery yaitu khusus untuk memelihara ayam petelur, dengan ukuran perkotak/1 ekor induk : - panjang 35 cm, lebar 20 cm, tinggi 40 cm
b. Kandang postal : Berbentuk bangunan dengan ukuran : - anak : 25 – 28 ekor/m - dara : 16 ekor/m2 - dewasa : 6 ekor/m2
c. Kandang berpagar/jaringan Kandang berpagar/jaringan merupakan kandang sederhana dengan halaman tempat ayam dilepas, dikelilingi/dipagar dengan jaringan dari plastic atau bekas jala ikan. Tinggi 2,5 – 3 m, luas halaman disesuaikan dengan kebutuhan

D. Pakan Ayam Buras
Pakan ayam buras merupakan hal penting dalam melangsungkan kehidupan ayam buras
I. Kebutuhan zat makanan - anak ayam : 17% protein, 2.700 k.kal/kg - dara/dewasa : 14% protein, 2.900 k.kal/kg II.
Formula pakan ayam buras
1. Formula peternak
a. Formula 1 - ayam buras diberikan pakan jadi ayam ras petelur ditambah dengan hijauan
b. Formula 2 - konsentrat ayam ras petelur : 10% - jagung : 40% - bekatul : 30% - tepung ikan : 10% - grit : 5% - hijauan : 5%
c. Formula 3 - konsentrat ayam ras petelur : 8% - jagung : 20% - bekatul : 60% - grit : 2% - hijauan : 10% d. Formula 4 Khusus periode grower dan layer setiap 55 kg pakan
- konsentrat ayam ras petelur : 12% - jagung giling : 15 kg - dedak halus : 25 kg - grit : 1 kg - mineral B 12 : 1 kg - tepung ikan : 1 kg - ditambah hijauan secara tidak terbatas

E. Tata Laksana Reproduksi
Produksi utama yang diharapkan dari ternak ayam adalah daging dan telur, sedangkan hasil sampingnya berupa bulu dan kotorannya Agar jarak waktu bertelur tidak terlalu lama dan teratur, sebaiknya : - anak ayam di sapih sedini mungkin 
- ayam dimandikan sejak menunjukkan tanda-tanda mengeram, agar ayam tidak mengeram dan bertelur kembali
- sex ratio 1 : 8 – 10 (1 jantan dengan 8 – 10 betina)
- induk untuk bibit berumur 8 – 18 bulan, demikian juga pejantannya
- untuk maksud pengembangan, dari 13 butir telur yang dihasilkan seekor induk, 10 butir diteteskan dan 3 butir sisanya dikonsumsi

F. Pengendalian Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ayam buras adalah tetelo, cacar ayam, snot, berak darah, cacingan dan lain-lain. Diantara penyakit tersebut, maka ND (tetelo) merupakan penyakit yang menimbulkan kerugian yang paling tinggi, dengan kematian 90 – 100%. Adapun cara pencegahannya yaitu dengan melaksanakan vaksinasi ND, dengan jadwal sebagai berikut :


No.
Umur Ayam
Jenis Vaksin
Cara Vaksin
1.
1-3 hari
Strain F.
Tetes mata
2.
3 minggu
Strain F.
Tetes mata
3.
3 bulan
Strain K.
Suntik
4.
Diulang 3 bulan sekali
Strain K.
Suntikan

G. Nilai Ekonomis
Jenis ayam yang banyak dibutuhkan dan mempunyai nilai ekonomis penting adalah jenis ayam yang dibutuhkan untuk kelengkapan upacara adat agama Hindu.Seperti ayam untuk caru manca; putih tulus, biing, punih kuning, hitam dan brumbun. Putih siungan, kelawu brahma, biing brahma, ayam tulak, dan sejenisnya.